TNews, KOTA GORONTALO – Ismail Madjid sebagai Penjabat (Pj) Wali Kota Gorontalo yang baru saja dilantik beberapa hari kemarin, berdasarkan Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri. Telah meyelesaikan prosesi adat Molo’opu sebagai tanda sakral diangkatnya menjadi pemangku kebijakan di wilayah Kota Gorontalo.
Dalam kesempatannya saat dimintai tanggapan oleh awak media, Ismail menyampaikan bahwa, Moloopu merupakan sebuah upacara penjemputan secara adat dari rumah kediaman pribadi ke rumah dinas jabatan (Yiladia).
“Moloopu ini sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu kala. Kita semua wajib untuk merawat tradisi ini,” ucap Pj. Wali Kota Ismail Madjid saat ditemui oleh awak media di Rumah Dinas Wali Kota pada Jumat, (14/6/2024).
“Molo’opu juga merupakan pengukuhan secara adat bagi seorang kepala daerah, Molo’opu ini sama halnya dengan pelantikan, di Molo’opu ini ada pesan-pesan moral yang disampaikan oleh pemangku adat agar bisa diindahkan oleh seorang kepala daerah ketika dia memimpin jalannya sebuah pemerintahan,” sambung Ismail Madjid.
Lebih lanjut Pj. Wali Kota Ismail Madjid kembali menuturkan bahwa, di Molo’opu ini seorang kepala daerah diingkatkan ketika mengemban sebuah jabatan agar tidak menggunakannya melampaui batas.
“Sebagai seorang kepala daerah ada sebuah wejangan dari para pemangku adat bahwasanya ketika mengenggam sebuah amanah maka jangalah untuk bertindak sewenang-wenang serta khianat atas amanah yang diberikan,” ujar Ismail.
Di akhir kesempatannya mantan panglima ASN tersebut kembali menambahkan bahwa prosesi adat Molo’opu sangat mengandung filosofis yang sangat dalam terhadap keberlangsungan dari sebuah pemerintahan.
“Kalau kita tidak mengindahkan pesan moral yang terkandung secara filosofis di dalam proses adat Molo’opu maka itu bisa menghancurkan kita. Makanya secara adat rangkaian adat Molo’opu ini sangat luar biasa dan harus dijaga dan diilhami oleh seorang kepala daerah sebab kandungan yang ada di adat Molo’opu merupakan pesan-pesan dari leluhur kita yang harus diingat, dijaga, dan dilestarikan,” pungkas Ismail Madjid.*
Peliput: Gean Bagit