TNews, GORONTALO – Menilai kualitas seorang pemimpin sering kali dikaitkan dengan seberapa besar anggaran yang ia kelola. Ketika Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melimpah, biasanya muncul dua kemungkinan: pembangunan daerah yang pesat atau peningkatan kekayaan pribadi pemimpin.
Namun, tantangan sebenarnya justru dihadapi oleh pemimpin yang bekerja dengan APBD terbatas. Di titik ini, penentuan skala prioritas menjadi sangat penting: membedakan antara kepentingan masyarakat umum dan kebutuhan pribadi atau kelompok, serta menilai urgensi dari tiap kebijakan. Situasi ini menyerupai dilema seseorang dengan dana terbatas yang harus memilih antara hidup sehat dengan cara sederhana atau mengikuti tren demi gengsi.
Tantangan besar kini dihadapi Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie. Di tengah keterbatasan anggaran daerah, perhatian terhadap kepentingan publik tak bisa diabaikan—seperti proyek Kanal Tanggidaa di Kelurahan Heledulaa Utara, Kecamatan Kota Timur.
Warga di sepanjang kanal sepanjang 1,4 kilometer itu hidup dalam ketidakpastian. Tiga Penjabat Gubernur silih berganti, namun pembangunan tak kunjung tuntas. Kini, tumpukan material dan debu dari galian yang terbengkalai menjadi bagian dari keseharian mereka.
Harapan masyarakat kembali menyala saat Gubernur Gusnar Ismail bersama Wakil Gubernur Idah Syahidah meresmikan peletakan batu pertama pada Senin (14/7/2025). Kegiatan tersebut menjadi simbol komitmen pemerintah dalam merealisasikan pembangunan yang sempat tertunda. Dalam wawancara usai kegiatan, Gusnar menyampaikan permohonan maaf kepada warga atas keterlambatan yang terjadi.
“Atas nama pemerintah provinsi, saya memohon maaf karena proyek ini tertunda hampir tiga tahun dan pastinya berdampak pada kenyamanan masyarakat,” ucapnya.
Kelanjutan pembangunan Kanal Tanggidaa menjadi perhatian serius Gubernur Gusnar. Dalam kepemimpinannya, proyek ini dimasukkan sebagai prioritas, dengan dukungan anggaran Rp4,7 miliar. Pemerintah merencanakan pengaspalan jalan dilakukan bertahap pada 2026.
“Pekerjaan ini sudah terlalu lama mandek, dan letaknya di pusat kota yang tentu memengaruhi mobilitas warga. Karena itu kami berdiskusi dengan DPRD, dan alhamdulillah mendapat persetujuan. Beberapa pos anggaran lain kita tahan dulu agar ini bisa mulai dikerjakan secara bertahap,” tambah Gusnar.
Di sela kunjungannya, Wakil Gubernur Idah Syahidah menitipkan harapan kepada warga sekitar agar tidak sekadar menjadi penonton, tapi juga ikut menjaga dan mengawasi jalannya pembangunan akses pejalan kaki. Ia percaya keterlibatan warga bisa memperlancar proses hingga tuntas.
“Saya berharap warga bisa ikut terlibat mengawasi. Maksudnya, pastikan material aman, tidak rusak. Kalau sudah selesai, kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya,” ujar perempuan yang juga istri dari mantan Gubernur Gorontalo dua periode, Rusli Habibie.
Berdasarkan informasi dari Dinas PUPR, proyek konstruksi pedestrian Kanal Tanggidaa dilaksanakan oleh CV. Bone Tirta dengan alokasi anggaran sebesar Rp4,7 miliar. Ruang lingkup pekerjaan meliputi pemasangan beton pola pedestrian, street furniture, besi pengaman (stand bollard), instalasi PJU (Penerangan Jalan Umum), serta beton kansteen pracetak.
Desain pedestrian memiliki panjang 1,4 kilometer dan lebar 3,5 meter, disesuaikan dengan situasi lapangan. Proyek ini direncanakan berlangsung selama 150 hari kalender.*
Peliput: Gean Bagit